Kamis, 12 April 2012

Alam

      Sekian abad silam, para filsuf naturalistik telah meramu konsep hubungan manusia dengan alam, tentang bagaimana seharusnya manusia memperlakukan alam. Dalam kehidupan manusia, ada dua sisi berlawanan yang menjadi tolak ukur dalam bertingkah laku di atas bumi, baik-buruk, bagus-jelek, indah dan tidak indah dan seterusnya. Dalam kitab kepercayaan Tao, konsep ini dikenal lebih jauh sebagai Yin dan Yang. Sebuah konsep yang punya kaitan erat dengan pencipta, alam dan diri manusia.
Alam adalah karya Ilahi yang sangat indah. Memandangnya akan membuat hati damai. Tuhan tak pernah mencipatakan alam dalam keadaan tidak indah. Manusialah yang membuat alam manjadi tidak indah, hingga secara kausa, alam kadang menjadi boomerang, malapetaka.

Dalam bingkai religius, alam adalah pelayan manusia sekaligus guru baginya. Pada dapat menundukkan alam, tapi secara sadar maupun tidak, hidup kita dikekang dan diatur oleh alam. Musim yang datang silih bergantian jadi titik acuh pola hidup manusia. Musim bisa saja mendatangkan kebahagiaan juga bisa saja memberikan penderitaan. Suatu hal yang selalu berubah sepanjang perjalan waktu. Kata seorang sahabat, apa yang abadi di dunia ini.

Kita, manusia kota. Kadang tak jauh memikirkan dan menghayati keberadaan alam. Alam jadi menarik bagi kita, jika tiba-tiba saja ada hal yang kita butuhkan dan bertalian dengannya. Seperti air, salah satu sumber kehidupan yang sangat urgent bagi masyarakat kota. Kita akan menelusuk tentang keberadaan alam lebih jauh, jika musim kemarau tiba atau suatu ketika saat kita dalam keadaan haus, tiba-tiba saja seorang gadis muncul dan menyuapi kita air, pada saat itu…, mungkin pada saat itu…! Tak punya maksud mengikuti jejak Thales, filsuf abad klasik yang memulai pencarian hakekat dengan melihat air. Mungkin ini persoalan waktu saja, Thales lahir lebih duluan dari kita.

Air sifatnya ada yang tenang dan ada pula yang mengalir, tapi pada umumnya selalu berada di dataran rendah dan sifatnya rill (nyata), berbeda dengan udara yang abstrak secara materia dan hanya dapat dirasa oleh kepekaan elemen tubuh. Air memberikan kehidupan bagi makhluk hidup, yang menghijaukan dedaunan, menjernihkan dan membersihkan sesuatu. Halnya udara, yang membantu mahluk hidup untuk bernapas, memberikan kesejukan disaat malam untuk terlelap. Keduanya bagian dari alam, dapat menjernihkan dan menyejukkan, tapi pada titik tertentu akibat kelalaian manusia ia dapat mengotori.

Dua unsur ini, memiliki sisi-sisi yang, air dapat menenggelamkan dan menghanyutkan sesuatu. Begitu halnya dengan udara yang dapat memporak-porandakkan sesuatu. Bila keduanya menyatu, kekuatannya akan menjadi dahsyat. Bila udara berhembus sepoi, dan hujan rinai akan membuat seorang terkena influenza. Begitulah, sama-sama membuat makhluk dibumi ini sengsara dengan penderitaanya.

Menurutku, air dan angin sangat cocok untuk mengetahui perilaku seseorang. Tubuh manusia didefinisikan menjadi dua hal, yaitu bagian luar tubuh (yang nyata terlihat, baik pandangan kita maupun orang lain), inilah yang disebut sebagai wujud dari air. Sedangkan yang kedua yaitu, bagian dalam tubuh (bukan organnya, tetapi ruhnya), yang ini kusebut hanyalah angin. Pada wujud yang pertama ini perilaku dan sifat seseorang dapat terlihat dengan jelas melalui pancaran cahayanya, garis dan lekuk kulitnya, serta auranya.

Tetapi wujud ini mudah ditebak kelakuan baik dan buruknya. Berbeda halnya dengan wujud dalamnya yang tersembunyi dibalik wujud luarnya. Terkadang wujud dalam ini terbagi lagi dalam beberapa hal, yaitu keburukan dan kebaikan. Tapi ini sulit untuk ditebak.. Hmmm…. Seperti persainganlah? Keduanya saling sikut ingin di depan. Terkadang pula keduanya bersatu untuk mencapai sesuatu. Hmmm…lagi-lagi sulit pikirku! Bagaimana tidak, inilah yang kadang membuat seseorang bisa tertipu, dengan wujud luar yang lemah lembut tapi ternyata didalamnya punya maksud lain. Bisa-bisa inilah yang menjadikan seseorang berlagak, congkak, sombong dan sebagainya. Ahh…pusing mikirnya.
Tapi aku yakin perubahan perwujudan sifat dan perilaku seseorang yang terjadi, tidak secara revolusi.

dikutip dari : http://athila.blogspot.com/2005/06/cerita-alam.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please post your coment in my blog.